MENJADI KESEMBUHAN BAGI ORANG LAIN

MENJADI KESEMBUHAN BAGI ORANG LAIN
Refleksi teologis dari 2Rajaraja 20:1-7

imagesa

Waktu terus berjalan dan tidak pernah kembali! Hari ini kita sudah memasuki Minggu terakhir di bulan Mei. Pusparagam warna kehidupan sudah kita lewati, jalani, dan terus menata kehidupan berikutnya. Berbagai informasi media sudah kita baca dan dengar: jatuhnya pesawat Herkules di Blitar menggoreskan luka batin yang sangat dalam bagi bangsa, khususnya keluarga yang ditinggalkan ayah, ibu, anak, korban meninggal pesawat Herkules. Kembali linangan air mata membasahi wajah-wajah polos, membuat sesak jiwa dan hati tulus. Pekik tangisan memecah kesunyian sembari rela dan tidak rela melepaskan kepergian orang-orang tercinta ke liang kubur. Hati mereka semua sesak, pedih dan teriris, siapa menyembuhkan luka batin ini? Ya… bangsa ini tidak mungkin terus larut dalam kesedihan, harus bangkit dan bangkit… itu harga mati yang harus dibayar. Namun tidaklah benar demi dan untuk alasan kebangkitan jeritan tangis, kepedihan, dan penderitaan anak bangsa ini menjadi diabaikan. Sesungguhnya justru saat kepedulian (high touch) diperankan kepada warga bangsa maka kebangkitan itu akan terus bangkit dan bangkit.

Saat ini mesin politik terus menderu dan terkadang sampai memekakkan telinga. Deru mesin politik yang kuat terkadang membuat suasana menjadi bising, dan karenanya terkadang terlinga tidak dapat lagi mendengar seruan teriakan anak bangsa, dan mata tidak dapat melihat penderitaan sesamanya. Janji untuk hidup lebih baik diumbar demi penobatan kursi nomor satu kekuasaan. Dari presfektif sekular masing-masing orang mencari strategi demi mempertahankan hidup dan itu dibenarkan dengan alasan tertentu. Tetapi apakah itu cukup? Antara high concept dan high touch harus ada kejujuran mental, jujur luar dalam, jujur terhadap hati nurani sendiri, tidak dengan sengaja membohongi diri sendiri dengan memakai bedak, gincu, dan topeng menutupi wajah yang bopeng. Untuk dapat bertahan hidup di era konseptual ini kecerdasan dan analisa (high concept) tidak lagi memadai tanpa desain, sentuhan spiritual, dan makna (high touch). Keterpaduan keduanya menghasilkan kuasa untuk merobah bahkan menemukan kebangkitan baru.

Saudaraku! Raja Hizkia jatuh sakit dan hampir mati, Yesaya datang dan berkata kepadanya: Beginilah firman Tuhan: „sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi“. Mendengar itu Raja Hizkia berseru dan berdoa kepada Tuhan: „ Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati…“ Tuhan mendengar seruan doa Hizkia, dan kepada Yesaya Tuhan berfirman baliklah dan katakan kepada Raja Hizkia: „Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau…“. Raja Hizkia memperoleh kesembuhan dari Tuhan dan tahun-tahun kehidupannya ditambahkan. Apa yang dilakukan Tuhan itulah yang kita katakan dengan high touch memberi dan menjadi Kesembuhan. Namun, dalam rangkaian kesembuhan ada proses yang dilakoni yaitu kejujuran mental, jujur terhadap hati nurani, dan jujur terhadap Tuhan.

Ditengah ombak dan arus pencobaan, Hampir terhilang tujuan arah hidupku
Bagaikan kapal yang slalu diombangambingkan, Mengatasinya seolah-olah tiada mampu.
Yesus perhatikan kehidupan setiap orang,
Yang susah slalu dihiburkan dengan penuh kasih sayang.
Yesus Perhatikan kehidupan stiap orang, Yang sakit slalu disembuhkan,
dengan penuh kasih sayang.

Saudaraku! Bila boleh berandai… jangan-jangan keadaan bangsa ini sama seperti yang dialami Raja Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Bumi mengeluh karena rahimnya terus dikeruh demi perolehan harta karun, perut bumi terurai mengakibatkan tanah longsor terjadi. Rambut bumi (pohon-pohon) dipotong sampai gundul tak perasaan, akibatnya banjir melanda berbagai daerah di negeri ini. Kicauan burung menjadi sepi berganti deru mesin insdustri, ikan terkapar mati terteguk air limbah, udara pengap dipenuhi sembulan asap. Bumi jatuh sakit dan hampir mati karena sikap rakus anak manusia. Siapa yang menyembuhkan mereka? Domain kehidupan sosial yang lemah semakin tersingkir, anak usia tiga tahun meregang perih rasa sakit dan menghembuskan nafasnya yang terakhir karena guyuran air panas bakso pedagang kecil ulah oknum satpol pp yang tidak profesional, dll… Siapa yang menyembuhkan mereka? Siapapun tidak arif bila menghilangkan tanggungjawab terlebih melimpahkan tanggungjawab itu kepada orang lain. Aku, Anda, saudara dan kita semua terpanggil untuk menjadi kesembuhan bagi orang lain. Salam Exaudi. Amin.