ALLAH MEMPERHITUNGKAN IMAN ORANG PERCAYA

ROMA 4: 13 – 25

Saudara-saudaraku! Hari ini kita memasuki Minggu Reminiscere. Reminiscere artinya, “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan” (Sai ingot ma, ale Jahowa, angka denggan ni basam dohot asi ni roham, Mzm. 25:6). Doa mohon ampun dan perlindungan yang disampaikan Pemazmur kepada Tuhan. Melalui doa ini, pemazmur sadar betul dan mengenal betul siapa dirinya: Dia hanyalah seorang manusia yang lemah, ringkih, dan mudah pecah. Dia hanyalah seorang manusia penuh keterbatasan, penuh dosa, dan tak satu pun perbuatan yang dapat dimegahkan dihadapan Allah. Pengenalan diri seperti inilah yang mendesak Pemazmur berlutut dihadapan Allah, bermohon kepada Allah di dalam doa yang sungguh berkata: “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan. Di dalam hidupnya tidak ada keinginan yang lain, selain mengingini RAHMAT dan KASIH SETIA Tuhan. Tidak ada kerinduan lain, selain merindukan Rahmat dan Kasih Setia Tuhan. Rahmat itu adalah Belas kasih, Karunia,dan  Berkat Allah, inilah yang diharapkan seorang manusia pemazmur dalam hidupnya.

Saudara-saudaraku! Hal yang sama, disampaikan Rasul Paulus dalam nas khotbah ini. Semua manusia telah berdosa, dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Unsur dosa selalu berada di dalam setiap hal yang dilakukan manusia. Namun syukur kepada Tuhan, di dalam dan melalui Yesus Kristus, kita dibenarkan, kita dibuat mejadi benar. Manusia diterima Allah bukan karena pekerjaan baiknya, manusia diterima Allah bukan karena kesalehannya. Namun saudara-saudaraku, kita manusia diterima Allah adalah oleh karena Rahmat dan Kasih Setia Tuhan di dalam Yesus Kristus. Pembenaran Abraham diperhitungkan Allah bukan atas dasar perbuatannya, tetapi apa yang dikatakan oleh Kitab Suci? “Abraham percaya kepada Allah.” Dia yakin kepada Allah. Sekalipun dia seorang yang berdosa, sama seperti kita, dia menyerahkan dirinya kepada kemurahan Allah. Dia percaya kepada Allah dan melaluinya imannya diperhitungkan sebagai kebenaran baginya.

Saudara-saudaraku!? Di saat manusia sekarang ini berlomba mencari keberhasilan dalam dunia kompetisi yang semakin keras dan berat ini? Saat manusia sekarang ini berlomba mencari ketenangan dan kedamaian dalam dunia yang semakin bising dan menyesakkan ini? Saat manusia sekarang ini berlomba mencari keselamatan dari dunia yang semakin sesat ini? Pesan rohani apa yang mau disampaikan nas khotbah ini kepada kita:

Pertama: Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan. Doa permohonan dan penyerahan diri yang sungguh hanya kepada Tuhan. Dengan secara sungguh mengingat rahmat dan kasih setia Tuhan, kita terbangun memiliki hidup rendah hati – tidak memegahkan diri oleh apa pun dan kepada siapa pun. Tidak ada yang kita megahkan dihadapan Tuhan, satu pun tidak. Semua kita berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan. Kita semua adalah orang yang dibenarkan oleh Kristus – tidak ada satu pun kebenaran dari dalam diri kita yang pantas kita megahkan dihadapan Tuhan. Kita memperoleh pembenaran Allah bukan karena kita layak, tetapi karena hadiah kebenaran oleh iman itu. Oleh karena itu saudara-saudara, marilah kita hidup di dalam kerendahan hati, di dalam doa penyerahan diri yang sungguh, sikap . penyembahan yang sungguh hanya kepada Tuhan.

Kedua: Setiap saat, setiap hari bangunlah KEINTIMAN bersama Tuhan. Intim itu saudara-saudara berarti: menyatu, melarutkan diri, melekatkan diri secara terus-menerus kepada Tuhan. Inilah yang kita katakan IMAN. Dalam istilah lain orang beriman adalah orang yang memasrahkan dirinya untuk digerakkan oleh Tuhan, dituntun oleh Tuhan, diarahkan oleh Tuhan. Dia berlaku taat, setia, dan tunduk kepada kehendak Tuhan. Segala kecakapan, kekuatan, pikiran, dan kehendak sendiri diperkecil bahkan dimatikan demi memperbesar dan menghidupkan kehendak Tuhan. Rasul Paulus mengatakan hal ini di dalam Galatia 2: 20 “ namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”.

Ketiga: Jadikanlah Tuhan sebagai poros kehidupanmu. Hidup ini ibarat sebuah roda. Roda berputar karena bertumpu pada sebuah poros. Poros itu merupakan pusat kekuatannya. Poros itulah yang memungkinkan roda berputar. Roda yang tidak bertumpu pada poros tidak bisa berfungsi. Begitulah hidup. Hidup bergulir karena ada porosnya. Poros itu adalah diri Kristus.Bagaimanapun indah dan kuatnya sebuah roda, tidak mungkin dapat berputar kalau tidak bertumpu pada porosnya. Ini adalah gambaran tentang realitas kehidupan kita hubungannya dengan keselamatan. Bagaimanapun indah dan kuatnya kehidupan tidak akan mungkin selamat kalau tidak bertumpu kepada Kristus. Pengertian lain kita diselamatkan adalah karena Kristus sebagai poros kehidupan.

Sesungguhnya tidak ada yang kita megahkan dalam hidup ini. Segala kecakapan, kecerdasan, keterampilan, kekuatan, kebolehan, dan perbuatan baik yang kita miliki tidak dapat dijadikan sebagai sarana untuk menerima keselamatan. Karena keselamatan bukan tergantung kepada apa yang kita lakukan tetapi tergantung kepada apa yang dilakukan Allah di dalam Kristus yang kita terima di dalam iman. Iman adalah hubungan kita dengan Kristus, sama seperti hubungan roda dengan porosnya. Iman bukan prestasi kita, dalam hal iman kita tidak berprestasi apa-apa. Kita hanya bertumpu, seperti roda bertumpu pada poros. Namun justru bertumpu seperti itu menjadikan hidup kita berjalan. Roda kehidupan ini bisa berputar karena ada tumpuannya. Dengan demikian jadikanlah Tuhan sebagai poros kehidupanmu.

Allah di dalam Yesus Kristus telah membenarkan kita, dan melaluinya kita semua beroleh rahmat dan kasih setia Tuhan, anugerah Kristus. Sebagai orang yang telah menerima Kasih setia, anugerah Kristus: status kita juga berobah dari yang sebelumnya sebagai manusia yang tidak memiliki tujuan hidup, tetapi sekarang menjadi manusia yang mempunyai kepastian hidup, dari yang sebelumnya sebagai manusia yang tidak memiliki pengharapan, tetapi sekarang menjadi manusia yang kaya dalam pengharapan. Itulah Kristus yang menopang, menolong dan mengokohkan kita menerima keselamatan.

Saudara- saudaraku! Sering kali tangan kita sendiri sudah lemah, tangan kita tidak kuat lagi berpegang erat. Pegangan tangan kita mudah kendur lalu lepas. Tetapi untunglah, yang dibutuhkan pada saat-saat seperti itu bukanlah agar kita memegang Kristus, melainkan agar Kristus memegang tangan kita. Karena itu keselamatan bukan bergantung pada kuat atau lemahnya cara kita memegang Kristus, melainkan pada cara Kristus memegang tangan kita. Ia memegangi tangan kita dengan erat dan kuat. Itulah iman. Iman adalah berpegang pada Kristus dalam melangkah. Langkah demi langkah waktu mujur atau malang, pada waktu sehat atau sakit, pada waktu cerah atau mendung, kita berpegang erat kepada Kristus. Iman bukanlah kita memegang tangan Kristus, melainkan membiarkan Kristus memegangi kita. Iman adalah membuka diri para Kristus agar Dia memegangi kita. Amin.