HAMBA TUHAN YANG SETIA

HAMBA TUHAN YANG SETIA

2 KORINTUS 4: 1 – 6

SALAM SEJAHTERA UNTUKMU SAUDARAKU… HORAS MA DIHAMU SALUHUTNA… KIRANYA KASIH KARUNIA DAN DAMAI SEJAHTERA ALLAH, MENYERTAI SAUDARA SEKALIAN. AMIN.

Saudara! Estomihi itu berarti Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Perkataan ini sesungguhnya adalah ungkapan hati yang paling dalam, dan dirumuskan dalam satu bentuk permohonan dalam doa  pengakuan, (credo) yang sungguh-sungguh melekat, menyatu di dalam Tuhan. Realiatas hidup yang penuh kesusahan, ancaman, rasa sesak yang sangat menyiksa dan penuh tekanan – intimidasi; tidak ada perlindungan yang lain, tidak ada pertahanan yang lain, dan tidak ada jalan selamat yang lain, selain dari pada Tuhan sendiri. Inilah yang disuarakan oleh Minggu Estomihi yang kita rayakan saat ini. Mengarahkan, mengajak, mengundang kita semua (orang percaya) untuk berlaku dan mengaku: Tuhanlah gunung batu perlindunganmu, Tuhanlah kubu pertehananmu, dan Tuhanlah penyelamatmu.

Saudaraku! Hal yang sama disuarakan oleh Rasul Paulus di dalam nas khotbah ini. Sebagai hamba Allah, dia melihat dirinya tidak terlepas dari gumul juang kehidupan. Berbagai kesesakan, kesusahan, rasa sesak yang menyiksa juga dialami. Karena begitu beratnya kesusahan dan pergumulan itu, ada desakan manusia jasmaniah mendorong niat undur diri dari pelayanan ini. Namun kekuatan dan desakan manusia batiniah (rohani) untuk terus melangkah, terus setia, terus taat sebagai hamba Tuhan; itu yang dimenangkan oleh Rasul Paulus. Bagi dia nilai kehidupan sebagai hamba Tuhan tidak lagi kepada hal-hal yang dapat dipuji dan dipuja oleh dunia ini, namun nilai kehidupannya ada di dalam kesetiaan, ketaatannya memenuhi panggilan Kristus sebagai hamba Tuhan.  Dia berkata: Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

Saudaraku! Kepada saya, kepada saudara, dan kepada kita semua; firman ini menyuarakan tiga hal penting untuk kita renungkan dan kiprahkan:

Pertama: Sang pemilik hidupmu adalah Tuhan. Kita tak berkuasa atas hidup ini, namun Tuhanlah yang berkuasa penuh atas hidupmu. Ini berarti bahwa untuk segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupmu: suka dan duka, kecewa dan bahagia, berkeluh kesah dan penuh harap, jatuh dan bangkit; Tuhan adalah pemilik dan penuh kuasa atas hidupmu. Sebagai pemilik dan penuh kuasa – Tuhan tidak mungkin meninggalkanmu, membiarkanmu hidup sendirian. Dia memeliharamu, melindungimu, dan menyelamatkanmu.

Kedua: Berilah dirimu sebagai alat Tuhan (hamba Tuhan). Apabila hatimu sudah menjadi tempat kediaman-Nya, biarlah Tuhan yang mengemudikan, menggerakkan, dan mengarahkan hidupmu. Mengikuti-Nya saja, itu sudah cukup. Tuhan tidak menginginkan kelebihan dan kehebatan kita, Dia hanya menginginkan hati yang dipersembahkan bersama dengan seluruh hidup menjadi kemuliaan bagi Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

Ketiga: Nyalakkan terus sumbu Ketaatan dan kerendahan hati. Ketaatan itu adalah kesadaran diri dan kerelaan yang tulus untuk memperkecil lingkaran kehendak sendiri, kepentingan sendiri, dan kemauan sendiri. Dan pada saat yang sama memperbesar lingkaran kehendak Allah, kepentingan Allah, dan kemauan Allah. Kehendak Allah, kepentingan dan kemauan Allah itu ialah: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

Saudaraku-saudaraku! Kiranya firman ini mencerahkan kita semua untuk tetap kuat dan termotivasi melakukan gumul juang pelayanan, di dalam dunia penuh kerusuhan ini. Selaku hamba Tuhan – setialah kepada-Nya. Biarlah nama Tuhan yang dimuliakan Amin. Tuhan Membekati kita – Selamat Hari Minggu.